SEBUAH PESAN, MEMELUK DIRI SENDIRI

A.M. Muslihin
2 min readMar 31, 2024

--

Oleh : A.M. Muslihin

Saya hendak memulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan. Satu pertanyaan yang mungkin saja akan menjadi pertanyaan pula di kepala teman-teman semua setelah membaca tulisan ini. Pertanyaannya kurang lebih seperti ini, “ Sudah sejauh mana kita mencintai diri sendiri ?”.

Pertanyaan ini menjadi sesuatu yang kadang dianggap biasa saja. Tapi disaat yang sama orang-orang tak menyadari bahwa betapa pentingnya mencari jawaban atas pertanyaan ini. Barangkali saat ini, kita begitu sibuk mengurus tentang hal-hal yang ada di luar diri kita. Sibuk menyemangati orang lain dengan dalil bahwa manusia yang baik adalah mereka yang bermanfaat bagi sesama. Atau mungkin saja kita sedang sibuk melakukan sesuatu agar bisa dilirik oleh orang lain. Kadang-kadang memaksa diri untuk menjadi orang lain agar mendapat perhatian dari manusia yang lainnya. Atau bisa saja, saat ini kita sedang merasa orang yang paling tidak beruntung. Disaat orang lain bisa dengan mudah menikmati hal — hal yang diinginkannya sementara diri kita, jangankan untuk menikmatinya memikirkannya saja kadang merasa tidak layak.

Kepada siapapun yang pernah merasa seperti apa yang saya tuliskan di atas. Sudah waktunya untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan saya itu. Saat membaca tulisan ini percayalah ada banyak orang di dunia ini. Milyaran manusia yang mengisi semesta ini tapi tak satupun yang sama seperti kita. Diri kita ini adalah satu-satunya di dunia ini. Yang paling berhak menentukan perihal kebahagiaan kita adalah diri kita sendiri. Sekarang mulailah memberikan jawaban atas pertanyaan saya di awal tulisan ini. Jujurlah jika memang selama ini kalian belum mencintai diri sendiri. Atau bisa saja belum mengenali diri sendiri. Selanjutnya, cobalah untuk mulai menggenggam tangan sendiri. Kecuplah diri sendiri dengan kecupan paling tulus. Esok pagi bangunlah dengan senyuman terbaikmu. Jika teh dan gulamu masih ada, buat segelas teh lalu duduk di beranda rumah atau kamar kosanmu. Namun jika gula dan teh sudah habis, maka ambillah segelas air putih. Duduklah, lalu minumlah pelan-pelan dengan penuh syukur. Berjanjilah, bahwa mulai detik itu kau tak lagi akan menghianati dirimu sendiri. Kita berhak bahagia, setiap jiwa layak menemukan kedamaian.

Acapkali kita memang berhadapan dengan banyak kebingungan dalam hidup. Perihal keinginan kita yang kadang-kadang melebihi kebutuhan dan itu yang seringkali menyiksa batin. Atau mungkin saja kita pernah merasa tersakiti. Berpisah dengan orang terkasih. Tapi percayalah, kita ini kuat. Sudah saatnya kita memeluk diri sendiri. Sudah waktunya kita membangun komitmen dengan diri sendiri, bahwa kita mencintainya.

Sekarang, sebelum mengakhiri tulisan ini. Pejamkanlah matamu. Berpelukanlah dengan dirimu sendiri. Berikan pelukan paling erat. Ucapkan pada dirimu, “Terima Kasih, Aku Mencintaimu”.

Sekian, Dekap Hangat Untuk Kalian semua.

Sorong, 31 Maret 2024

--

--

A.M. Muslihin
A.M. Muslihin

Written by A.M. Muslihin

Seorang lelaki biasa yang menyukai senja juga menyukai kamu. Iyah, kamu.

No responses yet